Bali in Slow Motion (100fps)

Bali itu cantik dari sudut ke sudut. Tapi bagaimana jika direkam dalam slow motion? Apakah semakin cantik? Katanya sih everything looks better in slow motion.

Ada 4 video dari travel series Bali in 100fps. Bagian pertama mungkin kamu sudah menontonnya di sini, sekaligus saya tulis ulasan kamera saku yang dipakai untuk pembuatan videonya.

Sudah pernahkah kamu ke Ubud? Considered as Bali’s cultural heart, Ubud adalah tempat yang ingin saya tinggali lama di Bali. Semoga bisa kesampaian dalam waktu dekat ini. Hijau, dikelilingi persawahan, tetap ‘hidup’ pada malam hari namun tidak ‘segila’ Kuta.  Beberapa tempat yang saya shoot dalam video di bawah, pernah dijadikan lokasi syuting film Eat Pray Love yang dibintangi oleh Julia Roberts. Waktu tempuh dari bandara Ngurah Rai menuju ke Ubud dengan kendaraan bermotor adalah sekitar satu jam.

Bali Aga, ajalah sebutan untuk masyarakat asli Bali yang tinggal di desa adat Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Desa ini berjarak sekitar 60 km dari Denpasar. Pada video di bawah, kita bisa melihat aktivitas mereka melukis pada lembaran daun lontar, dan menenun kain geringsing yang dibuat dengan metode double-ikat.  

Selepas dari Tenganan, saya menuju ke pura Uluwatu untuk menyaksikan tari Kecak dengan berlatarkan sunset. Sungguh magis! Oh ya, tiket menonton pertunjukannya adalah sebesar Rp 100.000,- dan belum termasuk tiket masuk Uluwatu sebesar Rp 20.000,-.

Karma Kandara, sebenarnya adalah private beach. Berlokasi di Bali bagian selatan, berjarak 11 km Pura Luhur Uluwatu.  Akses untuk menuju pantainya dengan cara menuruni bukit menggunakan elevator.  Tersedia restoran bintang lima di pinggir pantainya jika kamu ingin ngadem.  FYI, jika kamu tidak menginap di resort-nya, akan dikenakan biaya  Rp250.000 per orang untuk memasuki wilayah pantai ini. Karena Garuda Wisnu Kencana hanya berjarak 7km dari Karma Kandara, saya memutuskan untuk menonton pertunjukan tari Bali di amphitheater-nya setelah puas memvideokan keindahan Karma Kandara. Sorenya, saya langsung  menuju Tanah Lot untuk mengabadikan sunset-nya dalam video di bawah ini.

La Plancha, adalah beach bar & restaurant yang sangat populer di pantai Seminyak. Warna-warni payung seperti yang terekam di video di bawah, jadi daya tarik tersendiri karena cakep banget untuk foto-foto atau video.
 

Tentunya masih banyak sekali sudut-sudut Bali yang belum ter-capture di video-video di atas. Ada ide bagian Bali mana lagi yang menurutmu bakal keren kalau dibuat video slow motion? Tulis di kolom komentar ya!

 

 

14 Comments

  1. Hai Kak Goen,
    Yes I’m here for the tripod, yeay HAHA. Tapi, terima kasih untuk kuisnya aku jadi bener-bener ngebacain postingan dan nontonin video Kakak, which i always adored since forever.
    Enggak, itu enggak maksud ngejilat.
    Terima kasih juga untuk postingan di atas. Menurutku akan seru kalau kakak udah capture sisi tenang bali dari siang ke sore dengan slow motion, kakak juga meng-capture sisi dunia malam Bali MUAHAHA CLUBS HOPPING MUAHAHAHA. Tapi enggak slow motion kayaknya. Hmm. Kalau slow motion. Lucu kali yah, ya tapi biar kalau ada orang lain yang belum pernah ke Bali ngebaca, they will know that Bali has many kind of charms.
    Untuk video, gambarnya mungkin enggak tajem banget, atau mungkin sengaja tone nya yang alus-alus mulus gitu? Tapi aku suka banget transisi setiap potongan videonya, kerasa alus, natural dan lagunya ngademin bet itu lagu dari mana dah Kak :)) Cocok banget sama videonya.

    Ya udah sih intinya gitu aja, Kak. Terima kasih ya Kak tripodnya. Ehe. ehe.

    *hiyeaah

    Thanks for the posts, good luck with your future projects and I’d check on the cam, i’m currently looking for mirrorless cam too :p

    Thanks, Kak!! :D

  2. Wah makasih Aloonk.
    Soal video Bali nigtlife emang udah rencana mau bikin. Udah ada konsepnya. Tapi bukan club hopping hehehe… Ada 1 sisi lain yang unik. Tunggu aja videonya.

    Kalau soal nggak tajem banget, memang sengaja dibikin agak soft untuk mengejar cinematic effect. Beda sama tontonan TV yang ngejar tajemnya. Kalau untuk film effect, nggak boleh terlalu sharp.

    Lagunya beli di audiojungle.com banyak stock lagu Bali. hehehe…

  3. Hallo kak goen
    Saya komen disini pertama karna tripod :D kedua memang Bali selalu menarik perhatian. Yang menarik Karma Kandara, pantainya tetap terlihat hampir detail. Saran pas scene yg naik tangga mungkin lebih bagus yang ditangga menuju patung wisnunya bukan di patung burungnya. Sekali lagi ini menurut saya.
    Semoga buat video tentang Bali lebih banyak lagi

  4. Hai, Kak.

    I’m here for tripod.

    Sebenarnya sih tadi bingung mau komentarin apaan, karena tujuan murni emang tripod doang.
    Belum ada kamera, sik, tapi dapat tripodnya duluan juga boleh. Nyicil.

    Lalu aku tertarik sama postingan ini dan nggak bisa memberi komentar apapun ttg video slowmotion karena menurutku udah bagus, sih.
    Dan selain itu karena topiknya ttg sesuatu yg aku paham betul, mari aku sedikit beri informasi aja ttg….

    Bali.

    Aku tinggal di Bali. Pendatang juga, sih.
    Menurutku banyak banget tempat2 yg bisa bang Goen kunjungi next time.

    Kalau bisa, luar kota, semacam Kebun Raya di Bedugul, atau ngerasain dinginnya, permandian air panas lgsg dari gunungnya dan pemandangan dr daerah atas di Kintamani, air terjun GitGit di Singaraja, atau mau wisata horor di Desa Trunyan juga bisa.

    Mgkn sunset tidak ada, tapi alam di sana masih bersih dan terawat.

    Ohya, ke Ubud jangan lupa ke Rice Terrace ya, nda nyobain kopi2nya di botanic2 garden di daerah Ubud.
    Hehehe.

    So, ini aja yg bs aku sampein.

    Thank you for reading.

    Regards.

    Natalie.

  5. Hai Bang Goen! gue suka gemes kalo baca blog tapi fotonya dikit. Mungkin emang siih style bang Goen itu video banget, apalagi slow mo nya itu pasti menggiurkan. Tapi gue kalo baca blog tuh pengen banget “masuk” ke dalam perjalanan si bloggernya, supaya ada experience jalan-jalan juga (meskipun hanya dengan tulisan). Jadii saran dari gue, meskipun mau nunjukin video, kasih juga beberapa foto untuk ngajak pembaca terjun ke ceritanya bang Goen. But anyway, suka deh sama gaya tulisannya, formal tapi fakta yg ditulis tetap menarik! Semangat bang!

    1. Waaah dikomentari Aulioon! Iya Yoon. Emang gue foto-fotonya dikit banget dan gue sadar itu, karena gue terlalu fokus untuk bikin videonya, sementara gak ada yang ngefotoin gue. Hihihi… Pada rekues dikasih foto-foto kalau gue bikin video biar tahu prosesnya. Siaaap, nanti kalau ada jalan-jalan bikin video yang rada seriusian lagi, gue coba tambahin foto-fotonya.

  6. Hai mas goen.
    Tentu saja, aku kenal goenrock.com karena ada give away :D

    Mungkin begini satu point yang aku tangkap dari post bali in slow motion ini. Mas goen termasuk orang yang “berani” melawan arus trend video saat ini. Banyak para videographer yang main di timelapse untuk menangkap suatu objek. Dituntut oleh kebutuhan jga sih, post di instagram misalnya. Dengan waktu maksimal 15 detik harus bisa menampilkan cerita. Sehingga banyak yang memilih teknik timelapse.
    Nah, untuk yang mas goen lakukan ini beda. Slow motion. Ternyata, bali dan slow motion sangat “kawin” mas. Cocok, momen dapet dan “cantik” nya juga dapet.
    Setelah ini, dicoba deh mengabadikan momen dengan video. Selama ini baru foto2 aja. Thanks mas goen. :D

    1. Hehehe terimakasih. Iya, saya sengaja tidak bermain dengan timelapse karena sudah banyak yang lebih jago hehehe… Selamat bermain dengan video

  7. Aku suka sekali slow motion, karena memberi kesempatan bagi kita menikmati gerak yang biasa sebagai sesuatu yang istimewa.

    Dari video Mas Goen, aku kagum melihat upaya Mas Goen menangkap ‘gerakan’ dan ‘menggerakkan’ yang diam. Keindahannya tak hanya secara visual, tetapi juga sampai di hati.

    O ya, ini pertama kalinya aku ke blog Mas Goen. Bukan karena tripod, meskipun tidak akan menolak kalau diberi — bahkan rela merebutnya dari Alonk. Aku masih perlu banyak belajar, dan tinggal di Ubud semestinya bisa kumanfaatkan untuk itu.

    Salam,
    @daprast

Leave A Reply Cancel reply