Asiknya Ber-TimeLapse Dengan Lumix DMC-GF6

Akhirnya punya kamera DSLM alias Digital Single Lens Mirroless atau yang lebih dikenal dengan kamera mirrorless. Kamera mirrorless yang pertama saya punya ini adalah merk Panasonic type Lumix DMC-GF6 dengan lensa kit-nya 14-42mm f/3.5-5.6.

Panasonic Lumix DMC-GF6

Kenapa saya memilih kamera mirrorless yang satu ini? Alasan utamanya adalah karena kamera ini menggunakan lens mount type Micro Four Third yang lebih banyak stok lensanya di pasaran dibandingkan DSLM lain. Jadi, banyak  pilihan mau pakai lensa apa saja. Bisa pakai lensanya Olympus, Sigma, SLR Magic, dan merk-merk lain. 

Eh sebentar-sebentar… Apa sih yang membedakan kamera DSLM dengan DSLR? Secara umum perbedaan kamera mirrorless dengan kamera DSLR hanyalah pada cara menampilkan gambar ke jendela bidik  (viewfinder).  Pada kamera DSLR, terdapat cermin (mirror) untuk memantulkan gambar yang melewati lensa menuju jendela bidik optik. Sedangkan pada kamera mirrorless, cermin tersebut ditiadakan dan gambar langsung ditampilkan dari sensor ke  electronic viewfinder atau LCD.  Dengan peniadaan cermin tadi, fisik kamera jadi lebih kecil dari DSLR, hanya sedikit lebih besar dari point-and-shoot camera.

Source: http://www.evotog.com/?p=84

Fisiknya yang kecil ini, jadi alasan ke-2 saya menyukai kamera ini. Saya pun jadi hobi bawa-bawa kamera ini di tas cangklong eh, selempang saya. Karena saya suka banget bikin timelapse, tiap nemu objek atau awan bagus saya tinggal keluarin kamera dari tas dan pasang di tripod kecil nggak pakai lama. Di bawah ini adalah video timelapse yang saya bikin di seputaran Jakarta.

Bikin timelapse dengan Lumix GF-6 ini gampang banget, ini alasan ke-3 saya suka banget kamera ini. Tinggal masuk ke Menu > Stop Motion Animation > Auto Shooting (On), lalu Set Shooting Interval sesuai dengan kondisi obyek yang mau dijadiin timelapse. Untuk awan rendah yang bergerak cepat, biasanya saya pakai interval 3-5 second. Untuk awan tinggi, pakai 8-10 second. Lalu tinggal pencet start dan kita tunggu sampai jumlah frame yang kita perlukan. Oh ya, kamera ini LCD-nya touch screen lho! Jumlah frame tergantung dari berapa lama durasi yang kan kita buat. Untuk durasi 1 detik, kita membutuhkan jumlah frame sebanyak 25 (jika 25fps), atau 24 (jika 24fps). Setelah stop shooting timelapse, kita bisa langsung ‘menjahit’ foto-foto timelapse tadi jadi video langsung di dalam kamera. Keren kan?


Video timelapse bisa langsung diproses di kamera

Kalau mau belajar lebih jauh cara membuat time-lapse, silakan ngesot ke http://www.enriquepacheco.com/10-tips-for-shooting-time-lapse atau ke http://www.learntimelapse.com/time-lapse-photography-how-to-guide/how-to-select-a-time-lapse-interval/

Tiltable  3,0″  touch-sensitive LCD screen yang bisa diputar 180 derajat. Ini adalah alasan ke-4 saya jatuh cinta pada kamera ini. Ambil gambar low angle nggak perlu bungkukin badan atau rebahan. Ambil gambar high angle juga nggak perlu jinjit-jinjit. Maklum saya cebol hehehe… Dan yang paling penting, bisa buat SELFIE! *halah*

Tiltable 3" LCD Screen Tiltable 3″ LCD Screen

Wi-Fi! Alasan ke-5 saya menikmati menggunakan kamera ini. Dengan mengunduh Panasonic Image App (gratis) dari Play Store atau App Store, saya bisa pairing GF6 saya ke Android atau iOS device dengan mudah menggunakan Wi-Fi.  Dengan Image App ini, selain saya bisa memindahkan data-data foto atau video dari kamera ke handset, saya juga bisa mengatur semua setting di kamera  dan mengontrol untuk perekaman baik foto maupun video dengan mudah. Dan jika handset kita mendukung fitur NFC, pairing kedua gadget ini akan lebih mudah karena nggak perlu setting manual ribet sampai harus memasukan password. Cukup dengan menempelkan keduanya. Kebayang nggak, dengan fitur konektifitas Wi-Fi ini kita bisa mengambil extreme close up rongga mulut buaya darat dari dekat, namun kita nggak perlu dekat-dekat dengan kamera? Ya kaliii…

IMG_4472Pairing Android device dengan GF6 menggunakan Wi-fi

Lalu, kualitas gambarnya gimana? Kamera mirrorless menggunakan ukuran sensor sebesar kamera DSLR sehingga kualitas gambarnya setara. Khusus untuk Lumix GF6 ini, menggunakan four thirds CMOS sensor dengan resolusi gambar 16MP. Kamera ini juga mampu merekam video 1080i AVCHD pada 50fps.


Lumix DMC-GF6 In Action

Sebetulnya masih banyak lagi fitur di dalam kamera ini yang saya sukai seperti built-in HDR dan super-high drive mode untuk continuous shooting. Tapi bakal panjang banget kalau saya tulis semua di sini. Kesimpulannya, setelah memakai kamera mirrorless dengan harga yang tidak lebih mahal dari DSLR ini selama dua bulan, saya puas sekali. Jika ada budget lebih, saya ingin upgrade ke Lumix GX7 atau GM1 hihihi… Dan wajib melengkapi koleksi lensa MFT tentunya.

Review lain tentang kamera keren ini bisa dibaca di blognya Simbok Venus dan Ariev Rahman.

Jadi, kamu tertarik memiliki kamera mirrorless? Atau sudah punya? :D

19 Comments

  1. kalau menjahit image jadi timelapse in camera sih aku belum pernah, ngebayangin gimana praktisnya (atau tidak mudah juga), kalau di after effect sih sedikit sedikit sudah bisa :D

  2. Avoid purchasing games that don’t allow you to disable
    chat. Google announced the best of its Apps and Games for the year 2014 recently.
    Video games let you be just about anything you want to be,
    whether it is the star athlete on a football team to a knight in shining armor.

Leave A Reply Cancel reply